Pembacaan Kitab Jawahiril Anfas Fima Yardho Robbinas karangan Al Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Al Habsyi oleh Kyai Ustad Muhyidiin,

Pembacaan Kitab Jawahiril Anfas Fima Yardho Robbinas karangan Al Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Al Habsyi oleh Kyai Ustad Muhyidiin, pada Majelis Burdah Al Madih  selasa tanggal , 16 Januari 2022.

 

Segala Puji Syukur kehadirat Allah Ta’ala, yang malam hari ini kita dari sore dihujani dengan hujan Rahmat dari Allah, tapi tidak memutuskan istigomah kita, untuk menghadiri majelis yang mulia. Majelis yang mana didalamnya dibacakan Shalawat kepada Baginda kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, serta kita akan mendengarkan cerita hikmah nasehat, daripada shohibul Maulid Al Imam Al Qutub Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi radhiyallah Ta’ala anhu.

 

Pada malam hari ini, Habib Ali akan menjelaskan kepada kita perihal tentang keutamaan yang mana Ini adalah anugerah, bagi orang yang diberikan rezeki berupa bisa berjumpa dengan seorang Arif billah. Bisa duduk di majelisnya Wali Min Auliyaillah, sebagaimana ucapan beliau al-habib Ali berkata. Bahwasannya amal-amal ibadah, yang dilakukan oleh orang-orang di akhir zaman, khususnya di zaman sekarang. Amal-amal ibadah tersebut itu sudah terkontaminasi, sudah kemasukan penyakit. Amal ibadahnya ada ujub, ada riya, ada sombong, ada hasud dan lain sebagainya. Sampai kata Habib Ali dipermisalkan, amal ibadah kita ini di akhir zaman, seperti sebatang kayu yang sudah kemasukan ulat. Kayu itu sedikit-demi sedikit dimakan oleh ulat, otomatis kalau udah yang namanya kayu ada ulatnya, ada belatungnya, gak ada orang yang mau menggunakan kayu tersebut. Ini permisalan amal-amal kita di akhir zaman. Maka, Habib Ali memberikan alternatif, cara bagaimana kita menutupi amal-amal kita. Beliau berkata “Tidak ada di zaman akhir, yang lebih bermanfaat daripada yaitu duduk dengan seorang arifbillah, duduk di majelisnya Wali Min auliyaillah, yang makrifatnya dekat dengan Allah subhanahuwata’ala. kenapa? “Karena duduk bersama seorang wali Min auliyaillah tersebut di majelisnya akan mengumpulkan kamu dengan kebaikan yang tidak sedikit. Tapi, yaitu kebaikan yang besar.” sampai Habib Ali misalkan kebaikannya itu seperti apa? “Apabila kamu berdosa, maka Wali tersebut yang mana Kamu duduk di majelisnya akan memintakan Taubat dari arah kamu.” kata Habib Ali. ” Bahkan apabila Kamu melanggar, tidak sejalur keluar dari jalannya Allah, jalannya Rasulullah jalannya agama yang benar. kamu keluar dari jalan itu, nanti itu Wali akan mengembalikan kamu kembali kepada jalan yang benar.” “Dan apabila kamu lupa,  itu Wali Min auliyaillah akan memintakan istighfar, ampunan darimu.”

 

Sampai kata Habib Ali, para alim ulama para leluhur kita, para saddah yang mana mereka ini pernah meriwayatkan begini.  “Sampai-sampai manfaat ini bukan cuma di alam dunia, sampai hari kiamat. Apa itu hari kiamat? Nanti kamu di hari kiamat, akan datang dihari kiamat. Kamu akan menemukan Diwan, buku-buku catatan kamu kebaikan kamu itu penuh. buku catatan kebaikan penuh dengan isinya kebaikan-kebaikan. Sesampai kamu heran bingung dari mana kebaikan tersebut, dan kamu akan bertanya darimana itu? “Saya belum pernah beramal amalan ini, selama di alam dunia, kok ada amalan tersebut di buku catatan saya, begitu banyak penuh.” Maka, akan dijawab untukmu ” Sesungguhnya memang, kamu belum pernah mengamalkannya di alam dunia. Akan tetapi gurumu Si Fulan, atau saudara mu seagama karena Allah, Kau berteman dengannya karena Allah, bukan karena sebab apa-apa, ini gurumu dan temanmu yang sholeh tersebut. Dia udah ke lebih amalnya, udah penuh amalnya. Sehingga akhirnya, karena penuhnya amal tersebut, dia bagikan amal-amalnya kepada murid-muridnya yang hadir di majelisnya. Dan dia telah bagaikan saudaramu yang Soleh tersebut, kepada temen-temennya saudara-saudaranya.  dikarenakan amal-amalnya seorang Arif Billah, seorang wali, seorang yang Ma’rifat, dekat dengan Allah subhanahuwata’ala itu amalnya tidak terbatas. Amalnya itu tidak pernah bisa terikat, saking banyaknya terus-menerus, enggak ada abisnya”. sampai-sampai para alim ulama berkata,” satu tasbih saja, satu bacaan tasbih yang mana bacaan tersebut dibaca seorang Arif Billah, seorang kekasihnya Allah. Lebih baik daripada 1000 rokaat yang telah dilakukan oleh seorang alim yang berilmu lagi ikhlas karena Allah subhanahuwata’ala. 1000 rakaat Orang alim yang Mukhlis tidak bisa menandingi bacaan 1 tasbih seorang wali Min auliyaillah”.  Kalau kenyataannya seperti itu, mau sebanyak-banyaknya ibadah seorang alim yang ikhlas, gak dianggap banyak oleh yaitu Allah subhanahuwata’ala dibanding dengan satu tasbihnya daripada seorang Arif Billah.  sebagaimana ada pepatah Arab yang mana berkata “satu tumpukan pasir, tapi enggak ada sekop nya. enggak ada alat untuk nakarnya, nggak bisa diambil enggak bisa dimanfaatin”.

 

Sehingga Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, beliau adalah sosok yang mana ingin meneladani kekasihnya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. sosok yang sangat ingin mengikuti datuk-datuk nya, para leluhurnya di dalam ibadah, di dalam mengajar, di dalam berdakwah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, beliau tidak mampu seperti leluhurnya, tidak bisa menandingi daripada amal-amal datuk-datuk Nya. Sehingga beliau mengadukan perihal beliau kepada gurunya Habib Abubakar bin Abdullah Alatas. Ketika aku mengadukan kepada Guruku Habib Abu Bakar bin Abdullah Alatas tentang kelemahanku, tentang ketidakmampuan aku di dalam beramal, yang banyak seperti leluhur leluhur ku seperti Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam. maka Habib Abubakar Bin Abdullah Alathos Justru malah memotivasi Habib Ali, malah menggembirakan Habib Ali dengan ucapan yang simpel yang sangat luar biasa. Apa ucapan beliau? ” Jangan kalian capek kan diri kalian, udeh biasa aja. gausah capek-capek, saya dari dulu udah capek, dari dulu sudah banyak beramal. sebelum ente capek, ane lebih dulu capek beramal. dan saya ini beramal Buat siapa, buat diri saya? Engga, Buat siapa? Buat kalian murid-murid saya. Dan amal-amal saya, pasti akan mencukupi kalian, akan menutupi kekurangan kalian”. Kata Habib Abubakar Bin Abdullah Alathos. Maka kata Habib Ali al-habsyi, ketika mendengar gurunya Habib Abu Bakar berkata seperti itu. ” coba perhatikan oleh kalian semua, bagaimana manfaatnya kita bersama bersahabat_ berdekatan dengan para Rijalullah, para Kekasih Allah. Bayangkan, kamu dalam keadaan tidur kagak ngapa-ngapain. Tapi, kamu justru sedang beramal untuk siapa? untuk kamu”. Sampai Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Beliau berkata ” Dulu di negeri Mesir, ada seorang murid kesayangan Abi Hasan as-syadzili, beliau adalah khalifah daripada Abi Hasan as-syadzili penganut thoriqoh syadziliah, yang mana beliau ini adalah guru daripada Ibnu athaillah Al Askandari, pemilik Kitab Hikam. Juga beliau adalah guru daripada sohibul Burdah Al Imam busyiri. Ini al-imam Abu Abbas al-mursi pernah berkata begini, ” Demi Allah! (beliau bersumpah). Dulu pernah datang kepada saya seorang badui, orang kampung, orang deso yang jauh daripada ajaran akhlak budi pekerti agama. Yang mana orang Baduy,i kencingnya aja berdiri, kencingnya aja diatas pahanya. tapi karena dia datang kepadaku, Aku sampaikan orang badui tersebut, sampai Ma’rifat kepada Allah. Dengan satu pandangan saja kepadanya”. Maka kata Habib Ali, ” Coba kalian lihat, Bagaimana yaitu kemampuan-kemampuan yang bisa diperbuat oleh para Rijalullah”.

 

Sampai Habib Ali bercerita daripada sahabatnya Ahmad bajabir, sampai seorang sahabat sama-sama murid daripada habib Abubakar Bin Abdullah Al-Athos, yaitu Ahmad Bajabir Beliau berkata. ” Sesungguhnya guru kita habib Abubakar Bin Abdullah Alatas, Beliau pernah melihat sekali kepada orang yang berbangsa syureb di muka bumi. maka Beliau berkata ” Demi Allah! ini sesungguhnya saya. Apabila saya berkehendak untuk meninggikan kedudukan ini si bangsa syureb tersebut, sampai kepada kedudukan kedudukan para Auliya Allah. saya mampu saya bisa lakukan”. kata habib Abubakar. Maka, kata Habib Ali Alhabsyi ” Tidak ada hadirin yang lebih manfaat, yang lebih yaitu memberikan kita kenikmatan, keselamatan, melebihi daripada berteman dengan orang-orang baik. Berteman, berdekatan dengan orang-orang sholeh seperti mereka”. apabila hujan Rahmat dari Allah subhanahuwata’ala dicurahkan atas hatinya seorang Arif Billah, sedangkan namamu ada di dalam lubuk hati Wali tersebut. Maka kamu telah mengambil bagianmu daripada Rahmat, yang Allah turunkan kepada Wali tersebut. Karena namamu ada di lubuk hati Wali tersebut. Atau wali tersebut memandang kepadamu yang mana pandangan tersebut Wali itu sedang dihujani Rahmat oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka pasti kamu akan terkena daripada pandangan Rahmat”.

 

Sampai kata Habib Ali, diucapkan di dalam syair para habaib, “Satu pandangan dari mereka seorang Arif Billah, apabila sudah mengenai atas seseorang dengan pandangan rasa cinta. Dengan izin Allah, pandangan tersebut bisa menghidupkan semangat, bisa menghidupkan hatinya yang mati, bisa menghidupkan jiwanya orang tersebut. Apabila sudah terkena pandangan kasih sayang daripada seorang Arif Billah.” sampai kata Habib Ali “kau tidur dalam keadaan bodoh, nggak paham apa-apa, apalagi makrifat kepada Allah. Tapi apa yang terjadi, tapi kamu bangun tidur kamu dalam keadaan jadi seorang kekasihnya Allah subhanahuwata’ala, jadi Wali Min Auliyaillah”. ” kamu makan semampu kamu, semau kamu, Sesuka kamu, puaskan syahwat mau makan apa saja. Tapi apa yang terjadi? dari hasil makan tersebut, karena kamu dipandang oleh seorang wali auliyaillah, kamu deket, kamu hadir di majelisnya Wali Min auliyaillah, kamu menjadi seorang wali Min auliyaillah”. kata Al Habib Ali AlHabsyi. Maka kata Habib Ali AlHabsyi, ” enggak ada anugerah yang sangat luar biasa, yang dialami oleh kami para habaib dan leluhur kami, kecuali dikarenakan Sebab mereka guru-guru kami, Sebab mereka para wali-wali kami, dan dikarenakan daripada ketentuan yang sudah terlebih dahulu ditentukan oleh Allah subhanahuwata’ala di alam Azali.

 

Semoga Allah subhanahuwata’ala meninggikan kita semua di dalam yaitu kedudukan kedudukan yang tinggi di sisi allah subhanahu wa ta’ala sampai kedudukan tersebut, sampai bisa mencapai kedudukan itu kepada hadirot kedekatan dengan Allah subhanahuwata’ala. Kedekatan mendapatkan cinta dan bisa mencintai Allah subhanahuwata’ala.

 

Robbi fanfa’na bibarkatihim, wahdinal Husna bihurmatihim. Wa amitna fithoriqotihin, wa mua’afatim minal fithni.

Share Ke Teman Anda :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *